Pemandangan yang modis dan trendi bisa dilihat pada
sosok pengunjung factory outlet di kota Bandung. Memadukan label mancanegara dengan label lokal, yang penting
nyaman dan menonjolkan mode dan fashion statement pribadi, atau bahkan sepenuhnya
tampil dengan produk lokal.
Kualitas produk lokal yang semakin hari
semakin dapat disejajarkan dengan label-label internasional, menjadi titik awal kalangan muda pencinta mode dan fashion mulai melirik produk lokal. Garis potongan pun
bercita rasa internasional.
Harga yang kompetitif, tentu saja menjadi pemicu lain. hanya, dengan Rp 500.000
di tangan bisa menenteng pulang dua baju, suatu hal yang tidak pemah
terbayangkan jika memasuki butik label worldwide.
Kini kalangan muda terdidik yang menggemari
mode dan fashion tidak lagi menyebut Zara atau Mango. Label
lokal bernama unik seperti Cotton Ink, Milcah, Nikicio, Major, Minor, Monstore,
Potmeetspop, Voyej, Chevalier, Frej, dan lain lain, menjadi perbendaharaan kata
baru dalam kamus mode pribadi mereka.
Memasuki gerai factory outlet di Bandung bagai memasuki
atmosfer suatu komunitas yang kompak, terlebih dengan tersedianya ruang
nongkrong yang menyatu dengan gerai. "Yang awalnya diproyeksikan sebagai
tempat nongkrong sekaligus sosial hubungan bagi tim kreator dengan konsumen dan
apresiator".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar